Mengapa Perlu Adanya Prinsip Diferensiasi Pembelajaran Dalam Mengatasi Problematika Pendidikan Modern

Oleh:

ADHIE PUTRO KURNIAWAN
Staff IT & Guru Informatika Gita Bangsa

Dalam pendidikan modern, kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar secara mandiri dan kreatif semakin penting. Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan menggunakan pendekatan diferensiasi pembelajaran. Diferensiasi pembelajaran telah digunakan sebagai strategi pembelajaran sejak lama, tetapi semakin penting dalam konteks pendidikan modern karena adanya beragam faktor yang memengaruhi cara siswa belajar, seperti bakat, kecepatan belajar, gaya belajar, minat, dan latar belakang sosial-ekonomi. Oleh karena itu, pendekatan diferensiasi pembelajaran memungkinkan guru untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan dan kemampuan individual siswa, sehingga setiap siswa dapat belajar dengan cara yang paling efektif dan efisien bagi dirinya sendiri.

“Everybody is a genius. But if you judge a fish by its ability to climb a tree, it will live its whole life believing that it is stupid”, -Albert Einstein

Konsep utama dari pendekatan “diferensiasi” adalah ketika suatu pembelajaran mampu mengakomodir kebutuhan belajar murid yang berbeda – beda dimana guru berperan untuk bisa memfasilitasi murid sesuai dengan kebutuhannya, sesuai dengan konsep pendidikan modern yang selalu menyuarakan prinsip “guru sebagai fasilitator pendidikan”, mengingat setiap orang mempunyai karakteristik yang berbeda sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama. Berdasarkan dari observasi dan pengalaman mengajar yang sudah dijalani, setidaknya terdapat 3 alasan utama mengapa prinsip diferensiasi pembelajaran harus diterapkan :

  1. Setiap orang (sebenarnya) adalah pribadi yang jenius.

Setiap orang memiliki kecerdasan pada bidangnya masing masing. Mengutip dari salah satu pemikiran dari Albert Einstein yang cukup terkenal , cukup jelas bahwa sesungguhnya setiap subyek tidak dapat disamaratakan dengan sudut pandang penilaian yang sama, yang mana dalam analogi dari Albert Einstein tersebut tersirat makna bahwa setiap sesuatu akan baik bila ditempatkan pada tempatnya yang sesuai, dalam konteks ini ketika berbicara tentang ikan maka kita tahu bahwa ikan memiliki keahlian dalam hal berenang dan bukan malah memanjat pohon. Sebagai fasilitator pendidikan, perlu strategi yang jitu supaya bisa memaksimalkan kemampuan setiap orang.

  1. Setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda.

Dalam merealisasikan sebuah visi dan tujuan, seringkali setiap subyek butuh pendekatan yang berbeda sesuai kemampuan mereka. Bila ingin mencapai angka 10, tidak bisa disamaratakan bahwa pendekatan yang harus dilakukan adalah dengan 5 + 5, karena bisa saja angka 10 dicapai dengan 4 + 6 atau 2 + 8, dan tidak masalah tentang bagaimana caranya selama hasil akhirnya sama, dan kita sebagai fasilitator pendidikan harus mampu mengakomodir hal itu.

  1. Setiap orang memiliki ide dan kreativitas yang berbeda.

Setiap siswa memiliki ide dan kreativitas yang berbeda-beda tergantung pada latar belakang, pengalaman, dan minat mereka. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran yang hanya menekankan pada satu jenis gaya belajar atau kebutuhan pembelajaran tertentu dapat mengabaikan potensi kreativitas siswa yang berbeda. Pendidik harus bisa menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan dan kemampuan individual siswa sehingga setiap siswa dapat memperoleh pembelajaran yang relevan dan membawa mereka untuk mengembangkan ide dan kreativitas mereka secara optimal.

Namun demikian, implementasi diferensiasi pembelajaran bukannya tanpa tantangan atau hambatan. Pada praktek yang sudah penulis lakukan, setidaknya terdapat beberapa tantangan yang harus kita hadapi dalam pelaksanaannya di lapangan :

  1. Disorientasi : kondisi ketika siswa merasa kebingungan dan tidak mampu memahami atau menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar, yang mana bisa mengakibatkan ketidakpercayaan diri & ketidakmampuan untuk berpartisipasi.
  2. Idealisme berlebih : kondisi ketika siswa memiliki harapan yang tidak realistis atau terlalu tinggi tentang suatu hal, sehingga tidak mampu menyesuaikan diri dengan kenyataan yang ada.
  3. Ego : kondisi ketika siswa memiliki pandangan yang terlalu tinggi tentang diri sendiri dan merasa lebih unggul daripada orang lain dan dapat menghambat kemampuan seseorang untuk belajar.
  4. Mispersepsi : kondisi ketika siswa melakukan kesalahan dalam memahami atau menafsirkan suatu situasi atau informasi yang mana dapat menghambat kemajuan dalam konteks pendidikan.
  5. Inkonsisten : kondisi ketika siswa tidak konsisten atau tidak selalu sama, baik dalam perilaku, tindakan, atau hasil yang dihasilkan.

Secara keseluruhan, diferensiasi pembelajaran dapat menjadi metode pembelajaran yang efektif dalam memenuhi kebutuhan siswa yang beragam dalam pendidikan modern. Namun, penerapannya membutuhkan komitmen dan kerja sama yang baik antara guru, siswa, dan pihak-pihak terkait dalam sistem pendidikan.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *